Sunday, May 25, 2014

Angka 7 dan Mbak Sri

Hello World!
Setelah mati suri, akhirnya aku kembali lagi menyusun potongan-potongan puzzle hidupku melalui bog ini. ^^/
Mulai sekarang aku menulis bukan dari Kongju, Korea Selatan lagi. Aku sudah kembali!! Aku di Indonesia. Yeeee…. sedih iya, bahagia juga iya. Sedih dan bahagia memang jodoh.
Ini adalah ceritaku sesaat kepulanganku di Indonesia. Ada banyak masalah, tentu saja. Nah, salah satu masalah itu akan aku ungkap di sini. Sangat rumit, berbelit-belit (ini komentar), dan melibatkan banyak pihak serta emosi. Akhirnya aku sederhanakan saja. *Kerena selain aku, mungkin saja (sangat) tidak ada yang mau membacanya (tiba-tiba sedih berlipat).
Angka 7,
Ada apa? Bukankah aku sangat (sangat dan sangat) menyukai angka 7? Ya, aku yang biasanya menyukai angka 7, ternyata ada masa ketika aku menjadi sangat membencinya. Ini tentang GPA alias IP-ku. Sebelum dan sesudah di Korea. Aku cukup beruntung menjadi yang dipilih jurusan untuk berangkat ke Korea dengan pertimbangan IP. Di Korea, meskipun aku “agak-agak” saja mengerti materi kuliahnya (Ya Allah, jika mengingat masa berat itu, sungguh….. ahhh T.T), tapi aku beruntung, berhasil menyiasati nilai. Tidak ada nilai jeblok di Kongju. (Ahay.. tiba-tiba ingat professor kuliah Pengantar Sastra Korea yang memberiku nilai A+, Masyaallah, terima kasih, Bapak! Aku padamu!hihihi).
Sampai di Indonesia??
Huft.. hemmm…. Arghhhhhhh…
Tidak akan aku ceritakan detailnya, dengan pertimbangan “kasus” ini melibatkan orang banyak, menggegerkan jagad jurusan. Jreng… jreng… IP-ku di UGM untuk semester 4 keluar!!
Luweh.. Mati rasa… lelah… blank (apa sih ya?!), IP-ku turun 0,7!!! Dari semester ke semester aku berharap dan berusaha IP-ku naik, ya walaupun hasilnya rata-rata kenaikannya <0 0="" aku="" berhasil.="" kini="">
*Ya sudahlah.
Mbak Sri,
Dia adalah seorang teman. Sesama dan seangkatan jurusan Bahasa Korea. Nama kami pun sama. *eh.
Suatu hari dia bertanya tentang nilaiku. Aku katakana padanya nilaiku turun 0,7 menjadi *** (tidak akan kusebutkan pastinya! Cari aja di evaluasi penerima Bidik Misi, ada mungkin).  Aku katakana tentang itu padanya masih dengan nada ceria dan senyuman, lalu aku melihat ekspresi wajahnya. *mbeeeekkk
“Heol! Beneran itu, Un??”
“Iya… kenapa? Jelek banget ya?”, ekspresiku mendadak suram.
Ya Tuhan~ Aku hampir menangis saat itu.
Dan sekarang, aku banyak mengambil kuliah di Sastra Indonesia. Alasan utamanya karena separo “desakan keadaan” dan separo lagi “eksplorasi”. Hmm… ini nih, aku jadi mengerti arti “kandang-tandang” bagi tim sepakbola. Di Sastra Indonesia, yang bukan kandangku, aku menjadi ragu dengan diriku. Aku ini mampu ga sih?! Pontang panting aku. T.T. Tapi ada hal besar yang aku dapatkan dari sana. Belajar!! Banyak sekali yang belum aku ketahui, dan aku sekarang ingin mengetahuinya.
Ahh.. semester ini, akan bagaimana kau akhirnya? Berbaik hatilah padaku, kumohon!